Curhat Warga Pulau Kelapa: Kami Mandi di Sumur Kotor Demi Bertahan
Pulau Kelapa, salah satu pulau berpenghuni di Kepulauan Seribu, Jakarta, menyimpan cerita pilu warganya yang hingga kini masih kesulitan mendapatkan akses air bersih. Di tengah gemuruh ombak dan angin laut, warga Pulau Kelapa terpaksa mandi dan menggunakan air sumur yang keruh dan kotor untuk kebutuhan sehari-hari.
“Kalau nggak pakai air sumur ini, kami mau mandi pakai apa lagi?” tutur seorang warga dengan nada pasrah.
Air Sumur Keruh, Bau, dan Asin
Air sumur yang digunakan warga Pulau Kelapa sebagian besar berwarna keruh, berbau, dan terasa asin. Kondisi ini diperparah saat musim kemarau, ketika pasokan air hujan untuk sumur tadah semakin terbatas. Sementara harga air galon untuk mandi dan cuci terlalu mahal bagi sebagian besar warga yang mayoritas bekerja sebagai nelayan dan pedagang kecil.
Air sumur yang keruh ini tidak hanya digunakan untuk mandi, tetapi juga untuk mencuci pakaian dan peralatan makan sehari-hari. Hal ini kerap membuat warga khawatir akan dampak kesehatan, mulai dari gatal-gatal hingga risiko penyakit kulit lainnya.
Mengandalkan Air Hujan yang Tidak Menentu
Di musim hujan, warga biasanya menampung air hujan untuk digunakan sebagai air minum dan memasak. Namun, untuk mandi dan kebutuhan cuci, mereka masih mengandalkan air sumur karena keterbatasan tempat penampungan dan ketidakpastian curah hujan.
“Kalau hujan, kami senang sekali, karena bisa mandi pakai air hujan yang bersih. Tapi kalau nggak hujan berhari-hari, mau nggak mau pakai air sumur yang kotor ini lagi,” ujar warga lainnya.
Permintaan Warga untuk Pemerintah
Warga Pulau Kelapa berharap pemerintah daerah dan pusat memperhatikan kondisi mereka dengan menyediakan akses air bersih yang memadai, seperti pembangunan instalasi air bersih dari laut dengan teknologi desalinasi atau pengiriman air bersih secara rutin ke pulau mereka.
“Kami butuh air bersih, bukan untuk kami saja, tapi untuk anak-anak kami supaya sehat,” kata seorang ibu rumah tangga sambil menunjukkan sumur yang digunakan keluarganya untuk mandi.
Upaya yang Sudah Dilakukan
Beberapa waktu lalu, pihak pemerintah telah mencoba menyediakan instalasi air bersih menggunakan teknologi RO (Reverse Osmosis), namun jumlahnya masih terbatas dan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh warga. Selain itu, distribusi air bersih ke pulau juga terkendala cuaca buruk dan biaya operasional yang tinggi.
Air Bersih adalah Hak, Bukan Kemewahan
Cerita warga Pulau Kelapa menjadi pengingat bahwa di tengah kemajuan kota Jakarta, masih ada saudara kita yang berjuang untuk kebutuhan dasar seperti air bersih. Air bersih seharusnya bukan menjadi barang mewah, melainkan hak yang dapat dinikmati setiap warga negara demi kualitas hidup yang lebih baik.
Harapannya, suara warga Pulau Kelapa ini dapat sampai ke telinga pemangku kebijakan, agar mereka bisa mandi dan hidup lebih sehat tanpa harus menggunakan air sumur kotor lagi demi bertahan hidup.