Dedi Mulyadi Gandeng TNI Didik Anak Nakal: Disiplin dan Karakter Jadi Kunci
Politikus sekaligus tokoh masyarakat Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali menjadi perhatian publik setelah menggandeng Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam program pembinaan anak-anak yang dianggap “nakal” atau berperilaku menyimpang di lingkungan masyarakat.
Langkah ini bukan untuk menghukum, melainkan membentuk ulang karakter dan disiplin anak-anak tersebut agar memiliki masa depan yang lebih terarah.
Bukan Hukuman, Tapi Pendidikan Karakter
Dalam keterangannya kepada awak media, Dedi menegaskan bahwa program ini bukan ajang kekerasan atau penertiban semata, melainkan pendekatan yang menggabungkan ketegasan, keteladanan, dan empati.
“Anak-anak yang hari ini nakal, bukan berarti rusak. Mereka hanya kurang diarahkan. Maka saya percaya, bersama TNI, kita bisa menanamkan disiplin dan tanggung jawab yang mereka butuhkan,” ujar Dedi Mulyadi.
Program ini menyasar anak-anak usia 10 hingga 18 tahun yang terlibat dalam kenakalan remaja seperti tawuran, bolos sekolah, penyalahgunaan motor tanpa SIM, hingga pelanggaran sosial lainnya.
Peran TNI: Menjadi Figur Teladan
Keterlibatan TNI dalam program ini bukan semata karena simbol ketegasan, tetapi juga karena pengalaman mereka dalam membentuk kedisiplinan, rasa cinta tanah air, dan solidaritas.
Melalui pelatihan ringan seperti baris-berbaris, olahraga pagi, hingga kegiatan kebersamaan dan pembinaan mental, anak-anak diajak membangun pola pikir baru tentang hidup yang lebih teratur dan bertanggung jawab.
“Kami tidak menghukum, tapi mengajak mereka mengenal nilai-nilai positif: bangun pagi, hormat orang tua, kerja tim, dan disiplin pribadi,” kata salah satu anggota TNI yang terlibat.
Respons Masyarakat: Positif dan Menyentuh
Program ini menuai banyak dukungan dari warga, terutama para orang tua yang merasa kewalahan mendidik anak-anak mereka di tengah gempuran pengaruh lingkungan dan media sosial.
“Anak saya dulu sering keluyuran sampai malam. Setelah ikut program ini, dia mulai terbiasa bangun pagi dan bantu pekerjaan rumah,” ujar Ibu Siti, warga Kecamatan Sukasari.
Tak sedikit pula warganet yang memuji pendekatan Dedi Mulyadi yang humanis namun tegas, serta menilai bahwa model seperti ini lebih membangun dibandingkan sekadar hukuman sosial atau pidana.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski mendapat dukungan luas, Dedi menyadari bahwa program ini bukan solusi tunggal. Ia mengajak lebih banyak elemen masyarakat—sekolah, tokoh agama, dan komunitas lokal—untuk terlibat dalam menjaga generasi muda dari bahaya pergaulan bebas dan kekerasan jalanan.
Ke depan, Dedi berencana memperluas cakupan program ini ke wilayah lain di Jawa Barat, serta membuka pusat pelatihan karakter berbasis gotong royong dan budaya lokal.
Membentuk, Bukan Menghakimi
Langkah Dedi Mulyadi menggandeng TNI untuk mendidik anak-anak nakal menunjukkan bahwa pembinaan tidak harus dengan tangan besi, tapi dengan tangan yang tegas namun terbuka.
Disiplin dan karakter bukan sesuatu yang diwariskan, tapi ditanamkan—dan ketika anak-anak diberi kesempatan untuk berubah, mereka bisa tumbuh menjadi harapan baru bangsa.